TaujihatPara Guru Dakwah Label. Biografi (1) Catatan Akhir Pekan (CAP) (1) DR.H.Hidayat Nur Wahid (1) Kajian Keluarga (2) MA (1) Pilar-Pilar Asasi (1) Serial Cinta (3) Serial Kepahlawanan (2) Serial Pembelajaran (20) Ust Abu Ridho (1) Ust Adian Husaini (1) Ust Anis Matta (32) Ust Bendri Jaisyurrahman (1) Ust Cahyadi Takariawan (4) Ust Hamid Fahmi Zarkasyi (1) Ust Hilman
Ketika Adam dan Hawa dengan sukarela datang dalam kefanaan, mereka tahu dunia Telestial ini akan berisikan semak duri dan rumput duri serta masalah dari setiap jenisnya. Meskipun demikian, mungkin kesadaran paling menantang mereka adalah bukan kesulitan atau bahaya yang akan mereka hadapi namun kenyataan bahwa mereka sekarang jauh dari Allah, terpisah dari-Nya yang kepadanya mereka telah hidup dan bercakap-cakap, yang telah memberi mereka nasihat secara langsung. Setelah pilihan yang sadar ini, sebagaimana catatan tentang penciptaan menyatakan, “mereka tidak melihat Dia; sebab mereka dikucilkan dari hadirat-Nya.”1 Di antara hal-hal lain yang pasti membebani mereka, sesungguhnya inilah yang paling berat. Tetapi Allah mengetahui tantangan yang akan mereka hadapi, dan Dia pastilah tahu bagaimana kesepian dan masalah yang akan kadang-kadang mereka rasakan. Oleh karena itu Dia mengawasi terus-menerus keluarga fana-Nya, senantiasa mendengar doa-doa mereka, dan mengutus para nabi dan kemudian para rasul untuk mengajar, menasihati, dan membimbing mereka. Namun dalam saat-saat kebutuhan khusus, Dia mengutus para malaikat, utusan ilahi, untuk memberkati anak-anak-Nya, meyakinkan mereka bahwa surga selalu sangat dekat dan bahwa bantuan-Nya selalu sangat dekat. Sesungguhnya, tidak lama setelah Adam dan Hawa mendapati diri mereka di dunia yang sepi dan suram, seorang malaikat menampakkan diri kepada mereka,2 yang mengajarkan kepada mereka makna pengurbanan dan peranan kurban penebusan Penebus yang dijanjikan yang akan datang. Ketika waktu untuk kedatangan Juruselamat sudah dekat, seorang malaikat diutus untuk memberi tahu Maria bahwa dia akan menjadi ibu dari Putra Kemudian para malaikat diperintahkan untuk menyanyi pada malam bayi Yesus Tidak lama setelah itu seorang malaikat memberi tahu Yusuf bahwa bayi yang baru dilahirkan terancam bahaya dan bahwa keluarga kecil ini harus pergi ke Mesir agar Ketika keadaan aman untuk pulang, seorang malaikat menyampaikan pesan kepada keluarga itu dan ketiganya pulang ke negeri asal Sejak permulaan pada masa kelegaan berikutnya Allah telah menggunakan para malaikat sebagai duta- Nya dalam menyatakan kasih serta kepedulian bagi anak-anak-Nya. Waktu yang saya miliki untuk berbicara di sini tidak mengizinkan bahkan sebuah pengamatan pun tentang tulisan suci atau sejarah zaman akhir kita sendiri, yang banyak dipenuhi dengan kisah tentang para malaikat yang melayani kepada mereka di bumi, namun ajaran itu sangat berharga dan di situ terdapat banyak contohnya dalam sejarah. Biasanya makhluk semacam itu tidak terlihat. Kadang-kadang mereka terlihat. Namun terlihat atau tidak terlihat, mereka senantiasa dekat. Kadang-kadang tugas mereka sangat besar dan penting bagi seluruh dunia. Kadang-kadang pesannya lebih pribadi. Kadang-kadang tujuan utusan ilahi itu adalah untuk memperingatkan. Namun paling sering adalah untuk menghibur, menyediakan berbagai jenis perhatian yang penuh belas kasih, bimbingan di saat-saat sulit. Ketika dalam mimpi Lehi dia mendapati dirinya berada di tempat yang menakutkan, “gelap dan suram,” sebagaimana dia menguraikannya, dia bertemu seorang malaikat, “seorang laki-laki … mengenakan jubah putih; … ia berbicara kepadaku,” Lehi mengatakan, “dan meminta aku mengikutinya.”7 Lehi mengikutinya menuju keamanan dan akhirnya ke jalan keselamatan. Di jalan kehidupan kita semua mengalami saat-saat di tempat yang “gelap dan suram,” padang belantara, keadaan sedih atau takut atau kecewa. Zaman kita sekarang ini dipenuhi dengan penderitaan yang mendunia akan krisis ekonomi, masalah energi, serangan teroris, dan bencana alam. Ini menyebabkan keprihatinan individu dan keluarga bukan hanya mengenai rumah dimana kita tinggal dan makanan yang tersedia untuk dimakan, tetapi juga keselamatan kesejahteraan akhir anak-anak kita dan nubuat-nubuat zaman akhir mengenai planet kita. Yang lebih serius daripada ini—dan kadang-kadang berkaitan dengan hal itu—adalah masalah kemerosotan etika, moral, dan rohani yang terlihat dalam masyarakat besar maupun kecil, di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun saya bersaksi bahwa para malaikat masih diutus untuk membantu kita, bahkan sebagaimana mereka diutus untuk membantu Adam dan Hawa, untuk membantu para nabi, dan juga membantu Juruselamat dunia Sendiri. Matius mencatat dalam Injilnya bahwa setelah Setan menggoda Kristus di padang belantara “malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”8 Bahkan Putra Allah, Allah Sendiri, telah membutuhkan penghiburan ilahi selama kehidupan-Nya dalam kefanaan. Dan demikianlah pelayanan semacam itu akan menjadi milik orang-orang saleh sampai akhir zaman. Sebagaimana yang Mormon katakan kepada putranya, Moroni, yang kelak akan menjadi malaikat “Apakah hari kemukjizatan telah berhenti?” Atau apakah para malaikat telah berhenti menampakkan diri kepada anak-anak manusia? Atau apakah Ia telah menahan kuasa Roh Kudus dari mereka? Atau apakah Ia akan melakukan ini selama waktu akan berlangsung, atau selama bumi masih ada, atau selama akan ada seorang di atas permukaan bumi untuk diselamatkan? Lihatlah kukatakan kepadamu Tidak, karena … oleh iman para malaikat memperlihatkan diri dan melakukan pelayanan terhadap manusia … Karena lihatlah, mereka tunduk kepada [Kristus] untuk melayani berdasarkan perkataan perintah-Nya, dan memperlihatkan diri mereka kepada orang-orang yang beriman kuat dan berpikiran tetap dalam setiap bentuk hidup yang saleh.”9 Saya meminta semua orang yang mendengar suara saya untuk merasakan, untuk dipenuhi dengan iman, dan mengingat Tuhan telah mengatakan bahwa Dia akan “melakukan pertempuran [kita] … pertempuran anak-anak [kita], dan [pertempuran] anak cucu mereka.”10 Dan apa yang kita lakukan untuk menghargai pertahanan semacam itu? Kita harus “[men]carilah dengan tekun, berdoalah selalu dan percayalah. [Kemudian] segala hal akan berlangsung bagi kebaikan [kita], jika [kita] hidup tak bercela dan mengingat perjanjian yang telah [kita] saling janjikan.”11 Zaman akhir ini bukanlah zaman untuk takut dan gemetar. Itu adalah zaman untuk menjadi percaya dan mengingat perjanjian-perjanjian kita. Saya telah berbicara di sini tentang bantuan surgawi, tentang para malaikat yang diutus untuk memberkati kita di saat-saat membutuhkan. Namun ketika kita berbicara tentang mereka yang menjadi alat di dalam tangan Allah, kita diingatkan bahwa tidak semua malaikat berasal dari dunia roh dan surga. Beberapa dari mereka yang bersamanya kita hidup dan berbicara—di sini, sekarang ini, setiap hari. Beberapa dari mereka tinggal di lingkungan huni kita. Beberapa dari mereka melahirkan kita, dan dalam banyak hal, salah satu dari mereka menikahi kita. Sesungguhnya surga tidak pernah lebih dekat daripada ketika kita melihat kasih Allah diwujudkan dalam kebaikan hati dan pengabdian dari orang-orang yang sedemikian banyak dan sedemikian murni sehingga “sebutan malaikat” hanyalah kata yang muncul di benak. Penatua James Dunn, dari mimbar ini hanya beberapa saat lalu, menggunakan kata-kata ini dalam doa pembukanya untuk menjelaskan paduan suara Pratama ini—dan mengapa tidak? Dengan semangat, wajah, dan suara anak-anak itu dalam benak kita dan di depan mata kita, izinkan saya membagikan kepada Anda sebuah kisah tentang teman dan kolega BYU saya, almarhum Clyn D. Barrus. Saya melakukannya dengan izin dari istrinya, Marilyn, serta keluarga mereka. Merujuk ke masa kanak-kanaknya di sebuah pertanian besar di Idaho, Brother Barrus berbicara mengenai tugas malamnya untuk mengumpulkan sapi-sapi pada saat pemerahan susu. Karena sapi-sapi itu merumput di ladang yang dibatasi dengan Sungai Teton yang sering kali berbahaya, peraturan ketat dalam keluarga Barrus adalah bahwa selama musim banjir di musim semi anak-anak tidak boleh pergi untuk mencari sapi yang pergi menyeberangi sungai. Mereka akan selalu pulang dan mencari bantuan orang dewasa. Pada hari Sabtu setelah ulang tahunnya yang ketujuh, orang tua Brother Barrus menjanjikan kepada keluarga untuk nonton bioskop bersama jika tugas sehari-hari di rumah dikerjakan tepat waktu. Namun ketika Clyn kecil tiba di padang rumput, sapi-sapi yang dicarinya telah menyeberangi sungai, meskipun airnya setinggi saat banjir. Mengetahui malam khususnya di bioskop terancam, dia memutuskan untuk mencari sapi-sapi itu sendirian, meskipun dia telah banyak diperingatkan untuk tidak melakukannya. Sewaktu anak berusia tujuh tahun ini memaksa kuda tuanya, Banner, untuk masuk ke sungai yang dingin dan deras, kepala kuda itu saja yang terlihat dari air. Seorang dewasa yang duduk di atas kuda itu mungkin akan selamat, tetapi di usia belia Brother Barrus, arus benar-benar akan menenggelamkannya kecuali apabila kuda itu bergerak ke depan beberapa kali, yang membuat kepala Clyn muncul ke atas air cukup untuk mendapatkan udara. Sekarang saya ingin mengulangi kata-kata Brother Barrus sendiri “Ketika Banner akhirnya naik ke tepi lainnya, saya menyadari bahwa nyawa saya dalam bahaya dan bahwa saya telah melakukan hal yang berbahaya—saya dengan sengaja telah tidak mematuhi ayah saya. Saya merasa bahwa saya dapat menyelamatkan diri sendiri hanya dengan membawa sapi-sapi itu pulang dengan selamat. Mungkin nanti ayah saya akan memaafkan saya. Namun hari telah senja, dan saya tidak tahu dengan pasti dimana saya berada. Kekecewaan meliputi diri saya. Saya basah kuyub dan kedinginan, tersesat dan ketakutan. Saya turun dari Banner tua, menjatuhkan diri ke tanah, dan mulai menangis. Di antara isak tangis ini, saya berusaha untuk berdoa, mengulang terus-menerus kepada Bapa Surgawi di Surga, Saya minta maaf. Ampunilah saya! Saya minta maaf. Ampunilah saya!’ Saya berdoa lama sekali. Ketika saya akhirnya menengadah, saya melihat melalui air mata saya seseorang berpakaian putih berjalan ke arah saya. Dalam kegelapan, saya merasa yakin itu pastilah seorang malaikat yang diutus untuk menjawab doa saya. Saya tidak bergerak ataupun bersuara sewaktu orang itu mendekat, saya sedemikian tercengang dengan apa yang saya lihat. Apakah Tuhan sungguh-sungguh mengutus seorang malaikat kepada saya, yang telah sedemikian tidak patuh? Kemudian sebuah suara yang saya kenal berkata, Nak, Ayah telah mencarimu.’ Dalam kegelapan saya mengenali suara ayah saya dan berlari dalam pelukannya. Dia memeluk saya erat-erat, lalu dengan lembut berkata, Ayah cemas. Ayah senang bisa menemukanmu.’ Saya berusaha untuk mengatakan kepadanya betapa saya menyesal, namun hanya sepatah dua kata yang keluar dari mulut saya karena terbata-bata—Terima kasih … kegelapan … ketakutan … sungai … kesepian.’ Kemudian di malam itu saya tahu bahwa ketika saya tidak pulang dari padang rumput, ayah saya akan datang mencari saya. Ketika saya ataupun sapi-sapi itu tidak ditemukan, dia tahu saya telah menyeberangi sungai dan berada dalam bahaya. Karena hari sudah gelap dan waktunya mendesak, dia mengganti bajunya dengan baju dalam hangatnya yang panjang, mengikatkan sepatunya di sekitar lehernya, dan berenang menyeberangi sungai yang berbahaya untuk menyelamatkan anaknya yang tidak patuh.”12 Brother dan sister yang terkasih, saya bersaksi tentang para malaikat, baik malaikat surgawi maupun duniawi. Dalam melakukannya saya merasa puas bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita sendirian, tidak pernah meninggalkan kita tanpa bantuan dalam tantangan-tantangan yang kita hadapi. “Apakah Ia akan melakukan ini selama waktu akan berlangsung, atau selama bumi masih ada, atau selama akan ada seorang [atau wanita atau anak] di atas permukaan bumi untuk diselamatkan.”13 Kadang- kadang, secara umum atau pribadi, kita mungkin merasa kita jauh dari Allah, tertutup dari surga, tersesat, kesepian di tempat yang gelap dan suram. Cukup sering bahwa kesedihan dapat terjadi karena kita buat sendiri, namun bahkan kemudian Bapa kita semua mengawasi dan membantu kita. Dan senantiasa ada para malaikat yang datang dan pergi ke sekitar kita, terlihat maupun tidak terlihat, mengetahui maupun tidak mengetahui, fana maupun baka. Semoga kita semua percaya lebih siap dalam, dan memiliki lebih banyak rasa syukur untuk, janji Tuhan sebagaimana terdapat dalam salah satu tulisan suci favorit Presiden Monson “Aku akan pergi ke mukamu. Aku akan berada di sebelah kananmu, … Roh-Ku akan ada di [hati]mu, dan para malaikat-Ku akan berada di sekelilingmu untuk menghibur kamu.”14 Dalam proses berdoa memohon agar para malaikat itu menyertai kita, semoga kita semua berusaha menjadi sedikit lebih seperti malaikat—dengan perkataan yang baik, lengan yang kuat, pernyataan iman dan “perjanjian yang melaluinya [kita] telah berjanji.”15 Barangkali nanti kita dapat menjadi wakil yang diutus dari Allah ketika seseorang, barangkali seorang anak Pratama, menangis dalam “Kegelapan … ketakutan … sungai … kesepian.” Untuk hal ini, saya berdoa dalam nama kudus Yesus Kristus, amin.
Semuaorang mungkin meninggalkan kita. Namun Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia akan selalu menjawab kita apabila kita berseru kepada-Nya. “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” ~ Ibrani 13:5
ALLAH TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN KITA Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA VI [TAHUN C], 13 Februari 2022 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” Luk 617,20-26 Bacaan Pertama Yer 1755-8; Mazmur Tanggapan 11-4,6; Bacaan Kedua 1 Kor 1512,16-20 “Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.” Luk 621 Pada tanggal 11 September 2001 World Trade Center di New York dihancurkan oleh teroris dengan menggunakan pesawat terbang, juga Pentagon di Washington, diserang oleh sebuah pesawat terbang, dan sebuah pesawat lagi jatuh di Pennsylvania bagian barat. Inilah peristiwa yang kita kenang sebagai peristiwa 9-11. Bagi kita yang menyaksikan peristiwa itu lewat TV, kita melihat bagaimana kebencian yang merusak dan kejahatan luarbiasa diperagakan, namun kita melihat juga bagaimana para anggota pemadam kebakaran kota New York, polisi dll. bekerja keras untuk menyelamatkan para korban tanpa hitung-hitung untung-rugi – suatu peragaan iman dan keberanian. Seorang imam Fransiskan – P. Mychal Judge, OFM terlahir Robert Emmet Judge – yang menjadi pendamping rohani para anggota pemadam kebakaran kota New York juga menjadi korban. [Catatan Pada tanggal 27 Juli 2002 Pater Mychal Judge, OFM diangkat menjadi seorang Santo oleh the Orthodox-Catholic Church of America dan dikenal sebagai Saint Mychal the Martyr Peristiwa teror atas nama Allah Yang Mahabaik dan Mahapenyayang dan menggemparkan dunia ini kemudian disusul dengan aksi-aksi terorisme lainnya. Aksi teror yang satu disusul oleh aksi teror lainnya di berbagai penjuru dunia. Nama-nama kelompok teroris seperti Taliban, Al-Qaeda, Boko-Haram, Al-Shaabab, ISIS dan banyak lainnya telah menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa teror dalam berbagai bentuk dan magnitudo-nya dan dampaknya. Peristiwa-peristiwa teror ini telah menimbulkan kegoncangan di banyak tempat di dunia, teristimewa di Timur Tengah yang sebenarnya tempat lahir dari Sang Juruselamat Dunia. Di berbagai tempat di Timur Tengah inilah Gereja perdana lahir dan kemudian menyebar sesuai amanat Yesus Kristus. Di tempat-tempat yang dikuasai ISIS misalnya, umat Kristiani dan umat lainnya yang dianggap lawan kelompoknya sungguh mengalami penganiayaan yang serius. Banyak dari mereka dihukum mati dengan pemenggalan kepala dlsb. Ironinya adalah bahwa ada sejumlah algojo yang berasal dari Indonesia, sebuah negeri yang senantiasa menyatakan diri sangat cinta damai. Namun di berbagai tempat di mana terjadi aksi teror tersebut, para relawan Kristiani biasanya tidak pernah/jarang absen melakukan karya karitatif ingat peristiwa penculikan ratusan perempuan muda oleh Boko-Haram di Nigeria Tentu banyak rupa-rupa pelajaran yang dapat kita ambil atas peristiwa 9-11 dan berbagai peristiwa teror tersebut. Apapun pelajaran itu, satu hal yang pasti Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Kasih-Nya senantiasa mempunyai kuat-kuasa untuk mengusir rasa takut kita. Kasih-Nya selalu mampu untuk membebaskan kita untuk mengampuni dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Tidak ada seorang pun dari kita yang dapat melarikan diri dari rasa sakit hati, penderitaan, atau sakit-penyakit. Namun dalam “Sabda-sabda Bahagia”, Yesus menawarkan suatu cara kebahagiaan yang mentransenden rasa sedih yang bagaimana pun, yang mungkin kita alami. Para murid Yesus telah memilih untuk meninggalkan segala sesuatu untuk dapat mengikuti-Nya. Tentu saja kadang-kadang mereka merasa rindu pada rumah mereka, kenyamanan yang mereka nikmati sebelumnya. Tentu ada saat-saat di mana mereka menderita karena dihina dan diancam oleh orang-orang yang membenci mereka dan Guru mereka. Namun Yesus berjanji bahwa pengalaman ikut ambil bagian dalam kehidupan Allah jauh lebih nikmat daripada penderitaan yang mereka tanggung karena menjadi pengikut Yesus. Ini adalah salah satu paradoks terbesar dari Kristianitas. Dengan mati, kita menemukan kehidupan; dengan memberi, kita menerima; dengan mengampuni, kita diampuni. Yesus berjanji bahwa kita sungguh dapat menemukan kebahagiaan di tengah-tengah kemiskinan, kelaparan, kesedihan – bahkan terorisme sekalipun. Bagaimana? Dengan memperkenankan diri kita dikosongkan dari segala hal yang menentang Allah, sehingga diri kita dapat dipenuhi secara berlimpah dengan hidup ilahi. Allah ingin memberi kita damai-sejahtera yang melampaui pemahaman kita, suatu rasa aman berada dalam diri-Nya yang memampukan kita untuk mengampuni dan mengasihi walaupun kita diserang, gereja tempat ibadat kita dirusak atau dibakar. Ia berjanji bahwa semua orang yang telah meninggalkan hidup lama mereka seperti yang dilakukan oleh para murid Yesus, akan dipenuhi dengan pengharapan yang teguh. Mereka akan mengenal dan mengalami sukacita surgawi, bahkan ketika masih hidup di dunia ini. Sukacita itu akan jauh lebih nikmat daripada setiap musibah dan pencobaan yang kita akan pernah alami. DOA Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah pengharapanku. Penuhilah hatiku dan hati setiap orang dengan damai-sejahtera dan sukacita. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin. Catatan Untuk mendalami bacaan Injil hari ini Luk 617,20-26, bacalah tulisan dengan judul “UCAPAN BAHAGIA DAN PERINGATAN DARI YESUS” bacaan tanggal 13-9-22 dalam situs/blog PAX ET BONUM kategori 22-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2022. Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 17-9-19 dalam situs/blog PAX ET BONUM Cilandak, 12 Februari 2022 Sdr. Indrapradja, OFS
FirmanAllah SWT. (Yujaahiduuna fi sabiilillahi walaa yakhoofuuna law mata laa im) "Yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela." Maksudnya mereka tidak pernah mundur dari berbuat taat kepada Allah dan menegakkan hukum-hukum-Nya, juga memerangi musuh-musuh-Nya, serta menjalankan amar ma'ruf nahi munkar.
Pertanyaan Jawaban Sederhananya, tidak, Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya sejati. Ini diungkapkan dalam banyak bagian yang berbeda dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Roma 8 9 memberi tahu kita, “... jika ada orang yang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Ayat ini dengan sangat jelas menyatakan bahwa jika seseorang tidak memiliki kehadiran Roh Kudus yang tinggal di dalam dirinya, maka orang itu tidak diselamatkan. Karena itu, jika Roh Kudus meninggalkan orang percaya, orang itu akan kehilangan hubungan yang menyelamatkan dengan Kristus. Namun ini bertentangan dengan apa yang Alkitab ajarkan tentang keamanan kekal orang Kristen. Ayat lain yang berbicara tentang keabadian dari kehadiran Roh Kudus yang menetap di dalam kehidupan orang-orang percaya adalah Yohanes 1416. Di sini Yesus menyatakan bahwa Bapa akan memberikan Penolong lain "untuk menyertai kamu selamanya." Fakta bahwa Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya juga terlihat dalam Efesus 1 13-14 di mana orang percaya dikatakan "dimeteraikan" dengan Roh Kudus, "yang adalah jaminan jaminan warisan kita sampai penebusan mereka yang ada Milik Allah — untuk memuji kemuliaan-Nya. ”Gambar dimeteraikan dengan Roh adalah milik dan milik. Allah telah menjanjikan hidup yang kekal kepada semua orang yang percaya kepada Kristus, dan sebagai jaminan bahwa Ia akan menepati janji-Nya, Ia telah mengirim Roh Kudus untuk berdiam di dalam orang percaya sampai hari penebusan. Mirip dengan membuat uang muka pada mobil atau rumah, Allah telah menyediakan semua orang percaya dengan uang muka pada hubungan masa depan mereka dengan-Nya dengan mengirimkan Roh Kudus untuk tinggal di dalam mereka. Fakta bahwa semua orang percaya dimeteraikan dengan Roh juga terlihat dalam 2 Korintus 122 dan Efesus 430. Sebelum kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus ke surga, Roh Kudus memiliki hubungan "datang dan pergi" dengan orang-orang. Roh Kudus mendiami Raja Saul, tetapi kemudian pergi darinya 1 Samuel 1614. Sebaliknya, Roh turun ke atas Daud 1 Samuel 1613. Setelah perzinahannya dengan Batsyeba, Daud takut bahwa Roh Kudus akan diambil darinya Mazmur 5111. Roh Kudus memenuhi Bezalel untuk memungkinkannya menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan untuk tabernakel Keluaran 31 2-5, tetapi ini tidak digambarkan sebagai hubungan yang permanen. Semua ini berubah setelah kenaikan Yesus ke surga. Dimulai pada hari Pentakosta, Roh Kudus mulai tinggal secara permanen di antara orang-orang percaya Kisah Para Rasul 2. Berdiamnya Roh Kudus secara permanen adalah penggenapan janji Allah untuk selalu bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Sementara Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya, adalah mungkin bagi dosa kita untuk “memadamkan Roh Kudus” 1 Tesalonika 519 atau “mendukakan Roh Kudus” Efesus 430. Dosa selalu memiliki konsekuensi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Sementara hubungan kita dengan Allah aman di dalam Kristus, dosa yang tidak diakui dalam hidup kita dapat menghalangi persekutuan kita dengan Allah dan secara efektif memadamkan kerja Roh Kudus dalam hidup kita. Itulah sebabnya sangat penting untuk mengakui dosa-dosa kita karena Allah “setia dan adil dan akan mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” 1 Yohanes 1 9. Jadi, sementara Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita, manfaat dan sukacita dari kehadiran-Nya sebenarnya dapat menyimpang dari kita. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Akankah Roh Kudus meninggalkan orang percaya?
1 Merasakan kasih Allah ditengah ketidaksetiaan umat. 2. Merasakan kehebatan dosa. 3. Merasakan kasih Allah yang mencari manusia. Israel digambarkan sama dengan Gomer yang tidak setia. Israel telah meninggalkan persekutuan dengan Tuhan sebagai kekasihnya yang sejati, dan mengikuti Baal (ay.1). Didalam pemeliharaan Tuhan yang nyata, Israel
Yohanes 211-25 Ayat 3 Kata Simon Petrus kepada mereka “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Setelah peristiwa yang menyedihkan dan membuat keadaan berduka yaitu guru yang mereka kasihi mati disalibkan dan tidak bersama dengan mereka lagi, Simon Petrus memutuskan untuk menangkap ikan bersama teman-temannya yang lain. Setelah Yesus tiada mereka mengalami kekosongan hidup. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Mereka kembali ke pekerjaan lama mereka sebagai nelayan. Mereka tidak tahu bahwa kematian Yesus adalah jalan menuju kehidupan dan pemulihan untuk mereka dan juga untuk orang-orang percaya. Ketika hari mulai siang dan kondisi mereka lelah karena semalaman menangkap ikan dan tidak ada satu ekorpun ikan yang berhasil ditangkap. Tiba-tiba Yesus berkata kepada mereka dari tepi pantai untuk menebarkan jala dan mereka melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Ketika diangkat jalanya ternyata penuh dengan ikan. Kehadiran Yesus memulihkan kembali kondisi mereka dan jala mereka penuh dengan ikan. Jangan biarkan hati dan perasaan kita dipermainkan si iblis yang berkata bahwa Tuhan sudah meninggalkan kita serta tidak bersama kita lagi sehingga hati kita mengalami kekosongan dan kita kembali kepada kehidupan lama. Ada kalanya Tuhan membiarkan kita “sepertinya” seorang diri dan dalam pergumulan. Tetapi di balik semua itu YESUS SENANTIASA BERSAMA DENGAN KITA DAN TURUT BEKERJA DALAM KITA SERTA BERJANJI SEMUANYA AKAN MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI SETIAP KITA YANG PERCAYA PADA-NYA ROM. 828; TETAP PERCAYA, TUHAN TIDAK PERNAH MENINGGALKAN KITA. Tuhan memberkati. DOA Tuhan, bagaimanapun kondisi saya saat ini, saya tetap percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan saya. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.
Perlubagi saya untuk menegaskan ini, bahwa jawaban dari doa yang kita naikkan kepada Allah tidak harus selalu seperti yang kita pikirkan atau inginkan, tetapi pasti bahwa Allah memberi yang terbaik bagi kita. (Bandingkan dengan Elia dalam Yakobus 5:17-18; 1 Raja-raja 17). mereka tidak pernah meninggalkan saya lagi! Itulah bukti kebenaran
AllahKamu Tahu Lelah, Tapi Yakinlah Allah Tak Pernah Meninggalkanmu. Percayalah, selalu ada Allah tempatmu mengadu dan memohon ampun. Apapun keluh kesahmu, hanya Allah yang Maha Segalanya. Hijrah itu adalah proses, proses menuju baik, proses menuju taat dan proses menuju surga. Memang tidak mudah jalannya, Lelah itu pasti, hijrah atau tidak
9s6a. 36 212 154 212 493 365 113 257 14
allah tidak pernah meninggalkan kita